DISCLAIMER: Harry
Potter adalah punya J. K. Rowling. But this story is belong to me (Ines Anggi
Putri, HPF and Potterheads)
PAIRING: Harry Potter X Hermione
Granger
A/N: Hai! Saya datang kembali! XD Ada yang penasaran sama fanfic ini? Nggak ada? Oke.. :( Seperi yang aku
bilang di chapter sebelumnya, disini adalah kisah-kisah Harry dan Hermione di
tahun ke tujuh setelah Voldemort dead. Harry, Hermione, Ron dan teman-teman
seangkatan mereka mengulang tahun ajaran mereka. Mudah-mudahan yang baca suka
dan langsung ngecomment. Oke?
Read please...
“Hermione,
tadi aku lihat si Malfoy menatapmu saat pelajaran transfigurasi,” Harry
berusaha menahan amarah yang sudah bergejolak di dalam dadanya. Ia sudah yakin
bahwa orang yang disukai Hermione adalah si Draco Malfoy itu. Benar-benar ingin
ia hajar si Malfoy!
“Ya. Aku
tahu itu. Memang kenapa?” Jawab Hermione santai. Tumben Hermione tidak marah
kalau disangkut-pautkan dengan si Malfoy itu. Jangan-jangan dugaan Harry benar,
kalau ternyata Malfoylah yang disukai Hermione. Benar-benar harus dihajar si
Malfoy itu!
“Kenapa
kau hanya biasa saja? Tumben kau tidak marah. Biasanya kalau kau
disangkut-pautkan dengan Malfoy kau langsung marah.” Ucap Harry.
“Aku
tidak peduli siapa yang sedang memandangku,” Hermione menghentikan langkahnya.
Ia menatap mata hijau di depannya dengan sangat serius. Lalu ia melanjutkan,
“aku hanya peduli kalau kau yang memandangku.”
“Maksudmu?”
Ujar Harry tak mengerti.
“Ya
sudahlah kalau kau tidak mengerti. Lupakan omonganku barusan.” Kata Hermione.
“Omong-omong, dimana Ron? Tadi dia masih berjalan bersama kita.” Tanyanya.
“Dia tadi
bersama Lavender. Mungkin mereka sudah ada di ruang rekreasi.” Jawab Harry. Ia
kecewa karena Hermione tidak menjawab pertanyaannya barusan.
“Oh.
Bersama si tukang gosip itu ya? Kok dia betah sih bersama si Lav-Lav nya itu?”
Sindir Hermione. Dia masih kesal karena gosip itu. Bagaimana tidak, gosip itu
sudah menyebar ke seluruh penjuru Hogwarts. Sekarang sebagian anak-anak
memandang Hermione aneh. Yang perepuan memandangnya iri, karena bisa ‘menindih’
si Pangeran Slytherin itu. ‘Sekarang setelah dia dekat dengan Harry Potter si
kapten Quidditch, the boy who lived, dan the chosen one itu, dia masih
mengincar Draco Malfoy, yang dijuluki Pangeran Slytherin sekaligus kapten
Quidditch Slytherin? Betapa rakusnya dia.’ Begitu sekarang kata banyak murid perempuan
yang iri melihat Hermione. Sedangkan yang laki-laki, apalagi anak Gryffindor
yang percaya saja dengan gosip TIDAK BENAR itu memandangnya sebal karena mereka
benci sekali dengan Draco. Sisanya biasa saja karena mereka tahu Hermione tidak
akan melakukan hal serendah itu.
“Kau
masih sebal karena gosip itu?” Tanya Harry. Ia masih tidak percay gosip tidak
masuk akal itu bisa dipercayai banyak orang.
“Sudahlah
Harry tidak usah dibahas. Aku muak mendengarnya.” Kata Hermione sebal.
“Kau kira
Hermione menyukai Malfoy? Tidak mungkin Harry! Hermione benci setengah mati
sama orang itu! Bagaimana kau bisa menduga begitu?” Tanya Ron saat mereka
sedang berada di kamar.
“Malfoy
tadi menatap Hermione, sama sepertiku menatap Hermione. Bisa jadi Malfoy suka
dengan Hermione sama seperti..” Harry tidak melanjutkan kalimatnya. Ia hampir
saja memberi tahu Ron kalau dia suka Hermione.
“Sama
seperti siapa? Sama seperti kau ya?” Goda Ron. Sekarang ia benar-benar yakin
kalau yang disukai Harry adalah Hermione.
“Tidak
Ron. Kau mengada-mengada saja.” Kata Harry tersipu. Benar-benar bukan seperti
Harry.
“Kau
mengaku sajalah.” Ucap Ron
“Tidak.”
“Iya.”
“Aku
tidak menyukai Hermione.”
“Kau
menyukai Hermione.”
“Aku
tidak menyukai Hermione!”
“Kau
tidak menyukai Hermione.”
“Aku
menyukai Hermione!” Ups. Harry keceplosan.
“Tuh kan
aku sudah bilang kau menyukai Hermione. Mengaku sajalah Harry, kalau kau
menyukai Hermione!” Tandas Ron.
“Ya! Aku
memang menyukainya. Apa yang kau mau lakukan? Percuma saja kalau dia ternyata
menyukai Malfoy.” Ucap Harry lemas. Dia sudah yakin kalau Draco lah yang
disukai Hermione.
“Yah
kubantu kau mendapatkannya. Masa kau mau sahabat kita pacaran sama musuh
bebuyutan kita? Kalau aku tidak setuju. Sangat tidak setuju!” Dukung Ron. Ia
mendukung Harry sepenuhnya.
“Aku
tidak yakin.” Harry mulai pesimis.
“Hei,
sedang apa kalian disini?” tanya Neville yang sudah memasuki kamar mereka.
“Tidak
ada,” jawab Ron, “nanti kita bicarakan lagi.” Kata Ron kepada Harry lalu ia
keluar dari kamar.
‘Apa
benar yang dikatakan Ron tadi?’ Pikir Harry. ‘Tapi aku yakin sekali kalau
Malfoy suka dengan Hermione. Buktinya tadi dia memandang Hermione seperti itu
tadi. Tapi Hermione? Apa Hermione suka Malfoy? Tapi kalau melihat dia yang
sangat kesal dengan gosip itu, bisa dipastikan dia sangat benci si Malfoy. Tapi
kan bisa jadi di hanya pura-pura.’ Semua pikiran itu berkecamuk di kepalanya.
Ia masih pesimis kalau Hermione menyukainya. Atau mungkin Hermione masih suka
dengan Ron? Atau dengan anak Hufflepuff? Ravenclaw? Durmstrang? Atau dengan
orang yang paling tidak disukainya, Draco Malfoy? Harry masih bingung dengan
hal itu. Mudah-mudahan bukan yang terakhir itu.
Di
kamarnya, Hermione pun merenungkan hal yang sama dengan Harry. ‘Apa Harry belum
sadar juga kalau dialah yang kusukai? Bukan Ron. Apalagi si ferret jelek itu.
Kenapa Harry susah sekali sadar kalau selama ini aku sudah menaruh hati
padanya? Susah sekali menyadarkan orang itu! Dia terlalu takut. Aku sebenarnya
tahu itu. Tapi mau bagaimana lagi? Perasaan ini kan yang tahu hanya aku. Tidak
ada lagi orang yang tahu ini. Tapi Harry kan belum tentu juga memiliki perasaan
yang sama denganku. Bagaimana kalau tidak? Kalau ternyata aku yang terlalu
percaya diri? Kalau Harry benar-benar tidak sadar juga, aku harus bagaimana?
Argh!’ Pikir Hermione. Dia uring-uringan terus sampai ia sadar bahwa sore ini
dia sudah berjanji latihan terbang bersama Harry.
“Maaf
Harry. Aku lupa kalau sore ini kita latihan. Maaf.” Ucap Hermione menyesal.
Gara-gara memikirkan Harry tadi, ia jadi melupakan latihan sore ini. Dan alasan
ini tidak mungkin ia beri tahu ke Harry.
“ Tak apa
Hermione. Karena kemarin kau sudah mulai berani terbang sendiri, sepertinya kau bisa langsung terbang. Dan
kali ini kau tidak ku bantu.” Tegas Harry.
Glek!
Harry kok bisa separah itu mengajar Hermione? Hermione masih belum siap.kemarin
saja ia sampai jatuh. Aduh Harry ini bagaimana sih?
‘Tapi aku
harus bisa! Harry saja bisa, masa aku tidak bisa?’ Tekat Hermione. HARUS!
Hermione
menaiki sapu firebolt Harry. ‘Kemarin kan aku sudah agak bisa terbang, sekarang
harus lebih baik!’ Tekatnya.
Hermione
menjejakkan kakinya, ia kemudian melayang di atas sapu firebolt Harry. Untung
hari itu tidak terlalu dingin. Jadi Hermione bisa lebih lama bertahan di udara.
Hermione mengelilingi Danau Hitam. Walaupun terbangnya masih seperti siput, itu
sudah merupakan kemajuan besar!
“Bagus!
Hermione, coba kau pelan-pelan arahkan sapu itu ke bawah! Agar kau bisa turun!”
Perintah Harry.
Hermione
masih agak takut melihat ke bawah. Ia hanya berada di ketinggian 8 meter di
atas permukaan tanah, tetapi ia sudah sangat takut. Hermione memang takut
ketinggian.
Hermione
mencondongkan sapu Harry, pelan sekali bergeraknya. Hermione memang belum
berani. Saat dia mencoba mencondongkan sapunya lebih condong ke bawah, ia malah
terbang tak terkendali. Ia jatuh menubruk seseorang. Sapu Harry lebih dulu
jatuh ke tanah, untung tidak ada yang rusak dengan sapunya. Tetapi, betapa
malangnya Hermione, ia lagi-lagi jatuh, dan menubruk Draco Malfoy!
“Kau
lagi! Jangan menubrukku!” Maki Draco. Ia sangat kesal sekali.
“Jangan
salahkan aku karena kecelakaan itu Malfoy!” Seru Hermione kesal. Kenapa kalau
dia bertemu dengan si ferret jelek ini ia selalu ketiban sial. Argh!
“Kalau
kau tidak bisa terbang, jangan terbang dasar MUDBLOOD!! Atau kau mau belajar
terbang karena kau suka dengan si Potter itu, mending tidak usah, karena dia
sepertinya tidak menyukaimu!” Tandas Draco.
Hermione
tidak bisa berkutik. Apa yang tadi dikatakan Draco memang benar sekali.
Bagaimana bisa si Malfoy ini tahu perasaan Hermione? Atau mungkin dia Cuma
bergurau? Tetapi itu kan sama saja!
Tak
terasa air mata Hermione mengalir. Kata-kata Malfoy terngiang di kepalanya.
Itulah hal yang ditakuti Hermione, bagaimana kalau Harry tidak menyukainya? Sia-siakah
usahanya selama ini? Kalau Harry tidak menyukainya, percuma saja dia latihan
sampai dia jatuh.
“MALFOY!
Kau apakan Hermione?” Seru Harry marah. Ia tidak terima kalau Hermione dibentak
oleh siapapun, terutama Malfoy.
Tanpa
pikir panjang, Harry langsung menghajar Malfoy. ia menonjok Malfoy tepat di
pipinya. Mulut Malfoy langsung mengeluarkan darah segar. Tetapi Harry tidak
peduli. Ia tidak peduli kalau dia mendapat detensi, atau akan dimarahi guru.
Asalkan Malfoy mendapat ganjaran karena telah membuat Hermione menangis.
“Harry!
JANGAN!” Teriak Hermione. Tetapi itu tidak berpengaruh. Harry sedang kalap saat
ini. Ia tidak bisa berpikir dingin. Jadi percuma saja menghalanginya.
Draco
mengerang kesakitan. Anak-anak sudah mengelilinginya yang menahan sakit. Darah
segar keluar dari mulut Draco. Guru-guru pun sudah datang.
“Siapa
yang bertanggung jawab atas semua ini?” Tanya Prof. McGonagall.
“Saya.”
Jawab Harry. Ia tahu ia bersalah. Ia tidak mau lari dari tanggung jawabnya. Tak
apa kalau dia mendapat detensi. Ia sudah biasa mendapat detensi. Jadi dia
terlalu khawatir.
“Mr.
Potter, kau akan mendapatkan detensi!” Seru Prof. McGonagall.
Tampang
Harry tidak menunjukkan perasaan bersalah sama sekali. Menurutnya ia pantas
mendapatkan ini. Tetapi tidak dengan Hermione. Wajahnya memancarkan perasaan
bersalah yang sangat mendalam. Ia pikir karena ia Harry bisa menonjok Malfoy.
“Harry,
tak seharusnya kau melakukan itu. Kenapa kau memukul Malfoy?” Kata Hermione
sedih.
“Ia harus
menerima ganjarannya Hermione! Dia tak seharusnya membuamu menangis!” Seru
Harry.
“Tapi kau
tidak perlu...”
Harry
menekan telunjuknya ke bibir Hermione. Ia menatap mata cokelat madu yang berada
di depannya. “Aku melakukan itu semua karena aku menyayangimu Hermione!” Ucap
Harry tulus. Kemudian ia meninggalkan Hermione yang sekarang mukanya sudah
bersemu merah.
To Be
Continued...
A/N: Yey! Akhirnya selesai juga
chapter ini! Capek, menguras tenaga, dan menguras otak untuk bikin chapter ini.
Gimana menurut para readers? Kalo aku sih puas sama chapter ini. Semoga para
readers juga puas ya bacanya. Dan bisa nge-comment chapter ini. Karena masukan
para readers perlu banget buat aku. Karena masukkan para readers itu sangat
membangun aku. Jadi akhir kata comment ya! Comment! Comment! Okok? Kritik saran? Comment aja. Mudah-mudahan dari comment kalian aku bisa jauh lebih baik lagi dari
sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar
Hai! Please buat para readers disini untuk meninggalkan jejak! Comment! Don't be a silent readers please!^^
Co-Pas? boleh, asal menyertakan credit! Jangan copas sembarangan! Apalagi di post lagi tanpa credit, plagiat itu namanya!
Thank you!^^