Sabtu, 15 September 2012

Sahabat Jadi Cinta Chapter 5


DISCLAIMER: Harry Potter adalah punya J. K. Rowling. But this story is belong to me (Ines Anggi Putri, HPF and Potterheads)
PAIRING: Harry Potter X Hermione Granger
WARNING: OOC, GaJe, typo
A/N: Maaf ya update nya kelamaan.. .-. Sebenernya udah ada di konsep sih, ya tapinya ada suatu kendala.. .-. Disini aku mau berterimakasih sama para readers, walaupun nggak ada yang comment, tapi toh ada juga yang baca karyaku.. :D Ini chapter terakhir dari Sahabat Jadi Cinta karyanya Ines Anggi Putri. Bagi yang langsung baca chapter ini lebih baik baca dulu chapter ini sebelumnya biar ngerti alurnya ok? Mungkin cerita ini nggak berkenan dibaca para readers, tapi aku udah berusaha semaksimal mungkin. Dan jadilah chapter ini. Seperi yang aku bilang di chapter sebelumnya, disini adalah kisah-kisah Harry dan Hermione di tahun ke tujuh setelah Voldemort dead. Harry, Hermione, Ron dan teman-teman seangkatan mereka mengulang tahun ajaran mereka. Mudah-mudahan yang baca suka dan langsung ngecomment. Oke?

Read please...

“Harry, tak seharusnya kau melakukan itu. Kenapa kau memukul Malfoy?” Kata Hermione sedih.
“Ia harus menerima ganjarannya Hermione! Dia tak seharusnya membuamu menangis!” Seru Harry.
“Tapi kau tidak perlu...”
Harry menekan telunjuknya ke bibir Hermione. Ia menatap mata cokelat madu yang berada di depannya. “Aku melakukan itu semua karena aku menyayangimu Hermione!” Ucap Harry tulus. Kemudian ia meninggalkan Hermione yang sekarang mukanya sudah bersemu merah.

“Apa benar kau di detensi malam ini Harry?” Tanya Ron
“Ya. Memang kenapa?” Jawab Harry enteng. Ia tidak merasa bersalah sama sekali. Malah ia harusnya mengirimkan Malfoy langsung ke St. Mungo, bukan hanya dirawat oleh Madam Pomfrey.
“Kau sudah gila ya? Kau kan seharusnya menghindari detensi! Apalagi kalau di detensi hanya karena kau memukul si Malfoy itu!” Seru Ron
“Aku tidak keberatan. Malah bila perlu aku buat dia dikirim ke St. Mungo!” Harry terus mengerjakan essaynya tanpa melihat Ron yang sekarang sudah melongo.
“Kau sudah gila ya? Apa sih sebabmu memukul dia? Bukan karena kau cemburu dengan dia kan?” Kini Ron sudah mulai berbisik.
“Ron! Dia membuat Hermione menangis! Apa kau bisa membiarkannya saja? Lagipula aku sudah lama ingin memukul dia. Jadi itu ganjaran setimpal untuknya!” Seru Harry.
“Dan kau tidak menghindar? Kau langsung bilang kalau kau yang memukulnya? Kau gila!” Kata Ron tidak percaya
“Ron! Aku tidak mau jadi pengecut seperti dia! Apapun sebabku memukulnya, aku tahu itu salah. Dan aku tidak mau lari dari tanggung jawab.” Jawab Harry mantap.
“Dan kau membiarkan Hermione sedih karena hal ini? Dia tidak percaya kalau kau bisa melakukan hal itu! Walaupun aku sebenarnya setuju denganmu, tapi aku tidak setuju kau memukul si keparat itu! Padahal kaulah yang biasanya menahanku untuk tidak memukulnya.” Kali ini Ron sudah tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya.
“Hermione menangis karena dia! Jadi maksudmu aku diam saja melihatnya? Itu tidak akan pernah terjadi!”
“Tapi kan...”
“Oh. Sudah jam 8 Ron. Aku harus segera ke kantor McGonagall. Nanti kalau aku berlama-lama disini, aku bisa terlambat. Selamat malam Ron!” Potong Harry. Ia lalu membereskan bukunya dan langsung pergi ke kantor McGonagall.

“Senang Potter dapat detensi?” Ucap Malfoy menyeringai.
“Setidaknya aku tidak pengecut sepertimu. Dan bagaimana lukamu Malfoy? Aku harap masih membekas sampai kau tua!” Balas Harry. Tidak akan ia terpancing emosi lagi. Ia tidak mau melihat Hermione bersedih.
“Kau! Untuk apa kau membela si Mudblood kotor itu? Kau menyukainya ya? Apa hebatnya Mudblood kotor macam dia? Sok tahu, Mudblood, tidak sopan...”
“Apa maumu Malfoy? Itu bukan urusanmu!” Tandas Harry.
“Saya Sir, saya Sir..” Lanjut Malfoy. Ia menirukan saat Hermione mengangkat tangannya di kelas. Ia menunjukan wajah tololnya.
“Itu bukan urusanmu Malfoy! Jangan sampai aku menonjokmu Malfoy!” Ujar Harry. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk mau menonjok Malfoy. Malfoy langsung lari terbirit-birit.
“Hei, bagaimana dia bisa tahu Harry?” Tanya Ron.
“Paling dia hanya bergurau. Sudahlah tidak usah dipikirkan.” Ucap Harry.
“Ya. Orang seperti itu tidak usah dipikirkan. Lebih baik pikirkan bagaimana caranya kau menyatakan perasaanmu ke Hermione. Itu lebih penting.” Saran ron
“Tidak usah membahas tentang itu lagi. Dekat dengannya saja aku sudah merasa bahagia.” Ujar Harry.
“Cepatlah. Nanti dia bisa diambil orang.” Gurau Ron.
Harry hanya tersenyum. Ia tidak menjawab perkataan Ron. Mereka berdua berjalan menuju menara Gryffindor


Sudah beberapa hari setelah Harry mendapat detensi. Tetapi Hermione masih saja gelisah. Ia masih memikirkan perkataan Malfoy. Perasaan Harry kan belum tentu sama dengannya. Kalau ternyata Harry malah menyukai perempuan lain, sia-sia saja usahanya selama ini untuk belajar terbang. Selama ini ia belajar terbang kan hanya untuk itu. Lebih baik dari sekarang dia berhenti untuk belajar terbang. Itu hanya membawa harapan kosong untuknya. Ia sudah lelah belajar terbang. Ia sudah lelah menunggu Harry. Andai Harry tahu perasaannya, dia tak akan merasa sesedih ini. Ia tak akan merasa sakit hati karena perkataan Malfoy itu. Sekarang  Hermione harus mengatakan ia mau berhenti belajar terbang. Di tepi danau ini Hermione harus berusaha melepaskan harapan kosong itu.
“Harry?” Ujar Hermione.
“Ya Hermione?” Jawab Harry.
“Aku mau berhenti belajar terbang.” Ucap Hermione. Hermione bertekat untuk membuang harapan kosong itu.
“Kenapa mendadak Hermione? Kau kan bertekat untuk bisa terbang?” Tanya Harry tidak percaya.
“Aku sudah lelah Harry. Percuma saja semua latihan ini, kalau aku sudah tidak bersemangat lagi untuk bisa terbang. Percuma.” Kata Hermione sedih. Latihan ini hanya membuang waktu. Percuma saja semua latihan ini.
“Ada apa Hermione? Apa penyebab kau mau berhenti latihan? Bukan hal serius kan?” Tanya Harry.
“Latihan ini sudah tidak perlu lagi, Harry. Latihan ini hanya membuang waktu saja. Percuma Harry!” Seru Hermione. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia sudah tidak mau melanjutkan tekatnya yang dulu.
“Apa penyebabnya Hermione? Kau tidak mungkin berhenti latihan karena sebab konyol itu! Atau mungkin semua ini karena Malfoy?” Tanya Harry lagi. Ia tidak mau melepaskan waktu berharga bersama Hermione ini. Ia tidak mau melepaskan waktu untuk berdua dengan Hermione. Dan ia juga tidak mau melepaskan Hermione. Kalau ini semua adalah ulah Malfoy, ia tidak akan membiarkan Malfoy lolos!
“Ini semua bukan karena Malfoy! Ini semua karenamu! Kau tidak mengerti. Semua ini karenamu!” Seru Hermione. Ia sudah tidak bisa menahan perasaanya. Air mata mengalir di pipinya. Ia sudah pergi dari duduknya tadi. Ia berlari sekencang-kencangnya.
“Hermione! HERMIONE!” Seru Harry. Tetapi Hermione tidak menghiraukannya. Hermione terus berlari menuju ke kastil.
‘Dasar bodoh! Apa yang kulakukan? Hermione menangis karenaku. Dan aku tidak mengerti mengapa!’ Kata Harry dalam hati. Ia merutuki dirinya sendiri. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa. Ia menyesal tidak bisa peka terhadap perasaan Hermione. Mungkin kalau ia menyatakan perasaannya, semua ini akan berubah normal kembali.

“Aku sudah mencobanya Ron! Dia selalu menghindar!” Seru Harry. Sudah beberapa hari setelah Hermione mengatakan untuk berhenti belajar terbang. Dan setelah itu, sudah beberapa kali Harry mencoba untuk menyatakan perasaannya ke Hermione. Tetapi Hermione selalu menghindar jika melihat Harry. Sekarang pun Hermione sudah jarang ngobrol dengan Harry. Bahkan jika makan, ia menjauh dari tempat Harry di kelas pun begitu.
“Coba terus! Coba lagi dan lagi.” Ron menyemangati. Akhir-akhir ini Ron terus menyemangati Harry.
“Hermione!” Sapa Harry. Kali ini dia bertekat agar mengejar Hermione kalau Hermione menghindar.
Tetapi sayangnya, Hermione langsung beranjak dari tempatnya dan tidak mengacuhkan Harry. Ia langsung berjalan. Tidak memedulikan sapaan Harry tadi.
“Hermione!” Seru Harry. Kali ini Hermione terkejar oleh Harry. Harry menepuk pundak Hermione dan menghadapkan ke dirinya.
“Aku mau bicara Hermione!” Seru Harry mantap. Ia tidak mau menunda lagi.
“Aku ada kelas, Harry. Maaf.” Hermione lalu berlari. Ia tidak menghiraukan panggilan Harry.

‘Aku sudah mencoba melupakannya. Tapi kenapa aku tidak bisa melupakannya?’ Kata Hermione dalam hati. Hermione sudah berkali-kalai menghindari Harry agar ia bisa melupakannya. Tetapi semakin ia mencoba melupakannya, ia semakin mengingatnya.
Hermione ingat saat ia belajar terbang bersama Harry, saat Harry memukul Malfoy demi dirinya. Tetapi itu tidak akan dan tidak bisa terjadi lagi. Hermione terlalu malu untuk menyatakan perasaannya. Dan ia sudah terlalu lelah menunggu Harry menyatakan perasaannya.
Dan betapa keras pun ia mencoba melupakan Harry, wajah Harrylah yang selalu muncul dipikirannya. Tetapi kata-kata Malfoy selalu terngiang di kepalanya. ‘Kalau kau tidak bisa terbang, jangan terbang dasar MUDBLOOD!! Atau kau mau belajar terbang karena kau suka dengan si Potter itu, mending tidak usah, karena dia sepertinya tidak menyukaimu!’
Betapa bingung ia sekarang. Di satu sisi, ia sudah lelah menunggu Harry. Tetapi, di sisi lain ia yakin Harry hanya kurang peka, dan ia juga mempunyai perasaan yang sama seperti Hermione.
Hermione sudah terlalu lelah menunggu.

‘Aku tidak mau kehilangan Hermione. Aku sudah mencoba menghampirinya. Tetapi dia terus-menerus menghindar. Apa Hermione tidak mempunyai perasaan yang sama sepertiku? Tetapi aku tidak boleh menyerah!’ Tekat Harry dalam hati. Ia terlalu mencintai Hermione. Ia tidak mau melepaskannya begitu saja. Hermione terlalu berarti untuknya. Dan ia tidak akan membiarkan seorang pun merebutnya. Dan ia berjanji akan membahagiakan Hermione!
Tetapi Harry teringat bahwa Hermione mempunyai seseorang yang ia sukai. Tetapi Harry yakin orang itu adalah dia. Dan ia terlalu mencintai Hermione dan ia tidak mau melepaskan Hermione.
Tetapi, betapa keras pun ia menganggap bahwa yang Hermione maksud adalah dia, ia tetap tidak yakin. Mungkin itu adalah Malfoy. Atau mungkin pemain Quidditch yang lain.
Betapa bingung ia sekarang. Di satu sisi, ia mencintai Hermione dan tak mau melepaskannya. Tetapi, di sisi lain, ia takut kalau yang Hermione maksud bukan dia, tetapi pemain Quidditch yang lain.
Harry terlalu mencintai Hermione.

Sama-sama mencintai satu sama lain, tetapi tidak peka terhadap pasangannya. Yang satu sudah menyerah, yang satu masih memperjuangkan dengan sekuat tenaga.

“Apa kau mau kubantu Harry?” Tanya Ron.
“Tidak perlu Ron. Aku bisa sendiri dan aku harus berjuang sendiri.” Jawab Harry.
“Semoga beruntung, teman.” Kata Ron menyemangati.
“Terimakasih Ron.” Ucap harry

“Hermione, aku mau bicara denganmu.” Ucap Harry tanpa basa-basi.
“Maaf Harry aku tidak bisa. Aku sekarang ada urusan.” Tolak Hermione. Ia baru mau pergi, tetapi tangannya dicekal oleh Harry.
“Harus sekarang! Setelah aku bicara, kau boleh pergi.” Ucap Harry sungguh-sungguh.
Hermione melihat sepasang mata hijau di depannya. Ia melihat ada kesungguhan, ketulusan dan permohonan. Ia merindukan mata itu memandangnya. Ia tidak bisa menolak lagi.
“Oke. Dimana?” Hermione tidak bisa mengelak.
“Ikuti aku!” Perintah Harry.
Mereka berjalan bersama. Harry langsung menggenggam tangan Hermione. Mereka berdua berdebar-debar. Hermione penasaran apa yang akan Harry bicarakan. Harry gugup karena akan menyatakan perasaannya. Tetapi Harry memantapkan langkahnya.
Mereka sampai di tepi danau hitam. Tempat mereka berlatih Quidditch berdua. Harry mengisyaratkan Hermione untuk duduk.
“Hermione, sebenarnya aku sudah lama ingin mengatakan ini kepadamu...” kata Harry sungguh-sungguh.
Hermione tidak bicara, ia menunggu Harry melanjutkan perkataannya.
“... aku mencintaimu!” Ucap Harry sungguh-sungguh. Kini ia sudah tidak terbeban lagi karena telah mengutarakannya ke Hermione.
Hermione tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia terharu melihat Harry akhirnya bisa menyatakannya. Tak terduga air mata Hermione jatuh. Ia sangat bahagia akan hal ini.
“Maukah kau menjadi pasangan hidupku? Menjadi seseorang yang menemaniku selamanya?” Akhirnya Harry mengucapkan hal ini juga.
“Aku sudah lama mencintaimu Harry. Tetapi aku terlalu takut kalau kau tidak memiliki perasaan yang sama sepertiku. Dan aku akan jadi pasangan hidupmu selamanya.” Janji Hermione. Hal ini akhirnya terjadi juga.
Harry langsung memeluk Hermione. Ia sudah terlalu lama memendam perasaan yang sama. Begitu pun Hermione. Mereka tersiksa karena keraguan mereka.
“Maafkan aku Hermione. Karena aku terlalu lama mengutarakan hal ini, kita jadi seperti ini.” Ucap Harry tulus
“Harusnya aku yang minta maaf Harry. Aku sudah menghindar darimu akhir-akhir ini. Kalau saja aku tidak seperti itu, kau pasti sudah lama bilang ini padaku.” Hermione memeluk Harry lebih erat lagi. “Jangan sampai kita salah paham lagi. Dan berjanjilah kita akan terus bersama selamanya.” Lanjut Hermione.
“Aku berjanji. Dan kita harus terbuka agar tidak terjadi kesalahpahaman antara kita lagi.” Ujar Harry.
“Aku berjanji.”
“Aku berjanji.”
Ron yang melihat hal itu merasa senang. Sudah lama kedua sahabatnya itu mengalami kesalahpahaman. Dan akhirnya mereka bisa mengutarakan perasaan mereka.
Akhirnya dua orang itu bisa mengalahkan kesalahpahaman mereka. Mereka akhirnya menyadari betapa pentingnya mereka satu sama lain. Dan mereka telah berjanji untuk tidak salah paham lagi dan akan bersama selamanya.
-THE END-
A/N: Yeiy! Akhirnya cerita ini selesai juga.. Hurray!  \(^0^)/ 5 chapter tercipta dari ide-ide yang kadang-kadang bagus kadang-kadang aneh juga.. hehehe. Makasih buat para readers yang nggak meninggalkan jejak.. ('-'?) Bikin cerita ini tuh capek, menguras tenaga, dan menguras otak. *maklum author batu* Gimana menurut para readers? Kalo aku agak kurang puas sama fic yang ini.. Tapi faktanya ini FF debutku.. .-. Tapi ya semoga para readers seneng bacanya. Jangan lupa juga para readers nge-comment cerita ini, jangan mentang-mentang udah abis, gak nge-comment. Hehehe Karena masukan para readers perlu banget buat aku. Karena masukkan para readers itu sangat membangun aku. Eh, ngomong-ngomong, aku lagi dalam proses pembuatan FFKpop.. Bagi yang mau baca karyaku lagi, tungguin aja, tapi mungkin agak lama ya.. .-. Sampai jumpa lagi! '-')/ *lambai-lambai*

0 komentar:

Posting Komentar

Hai! Please buat para readers disini untuk meninggalkan jejak! Comment! Don't be a silent readers please!^^
Co-Pas? boleh, asal menyertakan credit! Jangan copas sembarangan! Apalagi di post lagi tanpa credit, plagiat itu namanya!
Thank you!^^

Label

Curhatan (1) Facts (1) FanFiction (5) Puisi (2) Tugas (2)