Ini cerpen absurd menurutku-___-.. Tapi dibaca aja deh, Commentnya jangan lupa :p
inget jangan copas ya teman-teman :p
inget jangan copas ya teman-teman :p
Nama : Ines Anggi Putri
Kelas : IX - 4
No. Abs : 17
Pelajaran : Bahasa Indonesia
K. D. :8.2 Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Gara-Gara SNSD
“Tok tok tok,” kuketuk pintu depan rumahku. Ya, aku memang baru pulang
dari sekolah.
“Ckrek…” Pintu rumahku pun
terbuka. Kulihat Ibuku berdiri di belakang pintu itu.
“Sudah pulang dek? Bagaimana hari ini? Capek?” Ibuku menyambutku dengan
hangatnya seperti biasa,
“Hehe, lumayan lah ma,”
cengirku. Aku masuk langsung membuka sepatu sekaligus kaus kaki yang tela
melekat di kakiku sedari pagi. Kuhempaskan badanku ke sofa. Nyamannya. Aku
memang sangat kelelaan. Otakku sudah penuh dengan pelajaran-pelajaran yang tak
kumengerti. Mungkin tidur adalah cara yang terbaik untuk memulikan tenagaku.
“Ganti baju dulu sana, sehabis
itu makan. Mama sudah selesai memasak
tuh,” perintah ibuku. Ibuku tau saja apa yang diperlukan olehku. Memang ada
baiknya aku makan terlebih dahulu. Menjadi
siswi kelas VIII sangat menguras tenaga, pikiran dan juga membuat
perutku keroncongan. Sebenarnya yang terakhir tak ada hubungannya sih. Hehe.
Setelah aku selesai berganti baju dan menghabiskan makananku, rasa
kantuk pun mulai merajaiku. Mataku terasa berat. Disaat seperti ini hanya kasur
dan propertinya serta kenyamananlah yang aku perlukan.
“Dek, jaga warung dulu ya!
Mama mau tidur.” Suruh ibuku dengan entengnya.
Mataku otomatis membulat
dengan sempurna. “Hah?! Mama, aku baru pulang, masih capek banget, masa mama
tega nyuruh aku jaga warung dulu?” Protesku. ‘Aku butuh tidur, tetapi mengapa
malah ibuku yang tidur?’ Rutukku dalam
hati.
“Halah, segitu saja sudah mengeluh capek. Mama dari pagi nyuci, masak,
nyapu, kamu pikir nggak capek? Cuma sekolah saja lagaknya kayak orang kantoran
yang punya tugas segunung. Sudah jangan protes, mama juga tidur paling dua jam,
nggak akan lama.” Jawab ibuku membantah ucapanku tadi.
‘Tapi aku benar-benar butuh
istirahat ma.’ Batinku. Tapi kali ini tak kuutarakan pada ibuku. Aku tahu ibuku
juga sangat lelah sebagai ibu rumah tangga. Dan sebagai anak aku harus mengalah
dahulu.
“Benar ya? Kalo mama lewat dua
jam belum bangun, aku langsung tidur.” Ancamku. Kalian merasa aku bandel ya?
Tapi itulah aku, bukan bandel, aku hanya memberitahu ibuku walau nadanya memang
agak kurang sopan.
Aku langsung duduk di kursi
yang ada di warungku. Mencari cara agar dua jam ke depan aku tidak tertidur.
Tiba-tiba ide aneh muncul di
kepalaku. ‘Aku tidak mungkin tertidur kan kalau aku sedang mengunyah makanan?’
Batinku.
Ide cemerlang, atau bisa
disebut ide absurd itu langsung kulaksanakan lantaran mataku yang rasanya
tinggal 5 watt. Kulangkakan kakiku menuju
dapur, tak
ada salahnya membongkar kulkas ibuku, atau lebih tepatnya mengurangi
stok makanan yang ada, toh nanti aku juga yang akan menyantapnya.
Kubongkar kulkas. Kucari dengan seksama makanan yang bisa kumakan. Huh! Tidak ada sama
sekali!
Samar-samar kudengar lagu
diputarkan. Asal tahu saja, orang-orang yang tinggal di belakang rumahku memang
suka memutar lagu dengan volume yang kencang. Jadi wajar saja kalau lantunan
lagu itu sampai ke rumahku, atau lebih tepatnya sampai ke telingaku.
Sayangnya, yang sering mereka putar itu lagu dangdut, jenis lagu yang kurang
aku suka.
Tunggu. Ada yang berbeda dari
daftar putar mereka kali ini. Sepertinya aku mengenal lagu ini. Astaga! Ini lagu Gee
milik SNSD. Tanpa kusadari badanku suda bergoyang mengikuti irama. Seluruh
badanku tergerak layaknya personil SNSD yang sedang tampil di atas panggung.
Sebenarnya aku memang
penggemar girlband asal Korea tersebut yaitu SNSD atau di internasional disebut
Girls’ Generation. Nama penggemar SNSD yaitu S♥ne atau Sowon dalam pengucapannya, dan aku salah satu S♥ne tersebut.
Jadi ya wajar saja kalau aku hapal lagunya dan sedikit bisa gerakan tariannya.
“Gee, gee, gee, gee, baby, baby,”
kulantunkan salah satu bagian dari lagu Gee tersebut. Aku semakin menikmati
lagunya.
Satu, dua, tiga, empat lagu SNSD terputar. Mulai dari Gee,
Genie, The Boys sampai Visual Dreams. Aku masih saja terus bernyanyi dan menari
mengikuti irama.
Samar-samar kudengar ada seseorang yang memanggil namaku. Ya,
sepertinya suara itu berasal dari warungku. Seketika kuhentikan ‘kegiatanku’
itu. Aku
langsung berlari menuju warung. Peluhku bercucuran akibat gerakan ‘heboh’ tadi.
“Beli apa?” Ucapku
tersengal-sengal. Kucoba mengatur nafasku. Semoga saja pembeli yang
‘mengganggu’ ini tidak melihat aksi gilaku tadi.
“Gimana sih jaga warung saja
tidak becus! Saya sudah menunggu lama tahu!” Bentak pembeli itu.
Aku hanya terdiam
mendengarnya. Ya memang sih itu salahku juga karena meninggalkan warung tanpa
ada yang menjaganya. Tapi aku tidak suka caranya membentakku. Memang dia siapa
berani membentakku?
“Yasudah, beli rokok Filter tiga
batang,” ujarnya enteng.
Aku dengan setengah hati
mengambil pesanannya itu hanya dapat menggerutu di dalam hati. ‘Huh! Hanya beli
rokok tiga batang saja sampai membentakku seperti itu!’ Rutukku dalam hati.
“Ini,” ucapku sambil memberi
pembeli itu rokok tiga batang, “harganya dua ribu lima ratus.” Ucapku sopan.
Walaupun pembeli ini mengesalkan, tetapi pembeli tetaplah raja dalam dunia
perekonomian. Aku tidak mau dan tidak perlu bersusah payah mengeluarkan
sumpah-serapah hanya karena hal sepele. Toh kalau aku seperti itu aku sendiri
nanti yang berdosa.
Astaga! Muncul pikiran yang
sebenarnya tidak ingin aku pikirkan. Pembeli
itu tidak melihatku menari dan menyanyi tadi kan? Bias malu benar-benar malu
aku di depannyakalau sampai aksi gilaku tadi dilihat olehnya.
“Ini uangnya.” Katanya sambil menyodorkan uang kertas dua ribu rupiah
dan uang logam lima ratus rupiah. Dilihat dari raut wajahnya sih ia tidak
melihat aksi gilaku tadi. Tapi aku masi benar-benar khawatir kalau iya
melihatnya.
Ia berlalu begitu saja, tanpa raut wajah yang aneh. Berarti aku memang
aman. Ia tidak melihatku tadi.
Aku menghempaskan badanku di
kursi warung. Aku sangat lelah. Aku juga sih, sudah tahu lelah, tapi masih saja
menari dan menyanyi tak jelas yang membuatku malu. Apa boleh buat? Itu sekarang
sudah menjadi hobiku belakangan ini.
Tiba-tiba ibuku muncul dari
dalam kamar tidur. Mungkin ia mendengarkan keributan kecil yang telah aku
perbuat.
“Ada apa dek?” Tanya ibuku penasaran.
“Itu mah, aku dimarahi bang Desmon gara-gara aku tadi di
dapur waktu dia beli,” ucapku
malu. Jangan sampai ibuku memarahiku karena hal ini.
“Lah? Lagi kamu sedang apa di
dapur? Kan sudah mama suruh jaga warung, kamu malah nggak jelas di dapur.
Dimarahi pembeli kan jadinya.” Sindir ibuku.
“Habis, mataku tadi sangat
berat ma, biar tidak mengantuk ya aku mau makan aja. Eh, nggak tahunya tidak
ada makanan.” Ujarku jengkel. Wajahku cemberut. Ini kenapa semua malah
memaraiku?
“Trus kalau nggak ada makanan
kenapa kamu lama di dapur? Harusnya kamu langsung ke warung kan?” Tanya ibuku.
“Aku tadi habis nari ma.
Habis, tetangga belakang memutar lagu SNSD. Ya aku nari saja. Mama kan tahu
aku.” Ucapku jujur. Kupasang tampang sepolos mungkin agar ibuku tidak marah. Ya
aku kan juga tidak mungkin berbohong pada ibuku sendiri tentang masalah sepele
seperti ini.
“Dasar. Memang penting apa mengikuti tarian begitu? Kalau tadi saat kamu
di dapur ada yang mencuri dagangan kita bagaimana? Ujar ibuku sarkas.
Benar juga apa yang dikatakan ibuku. Untung saja itu tadi hany beng
Desmon, pelangganyang sudah lama membeli di warungku. Coba kalau yang lain? Mungkin
barang daganganku bisa ludes tak bersisa.
“Hehe, sudah naluri ma aku
seperti itu. Maaf ma.” Pintaku sambil menundukkan kepala. Aku tahu sih aku
sangat ceroboh dalam hal ini.
“Yasudah, mama maafkan. Sudah sana tidur. Kamu capek kan tadi? Biar
mama yang gantian jaga.” Ucap mama lembut.
‘Ah, mama tahu saja apa yang aku inginkan.’ Batinku. Aku bergegas masuk ke
kamar. Aku berbaring di kasurku yang empuk ini. Kucoba menutup mataku, tapi aku
malah kembali mengingat kejadian tadi.
Kalau dipikir-pikir aku lucu
ya tadi. Dengan anehnya malah nari nari tidak jelas gara-gara lagu SNSD
kesukaanku itu. Eh, tapi malah ada pembeli. Untung saja pembeli itu tidak
melihatku, kalau iya, mungkin dia akan menertawakanku.
Aku terus saja memikirkan
kejadian tadi sampai akhirnya aku tertidur pulas. Aktifitas yang padat serta
kejadian tadi benar-benar menguras tenagaku.
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar
Hai! Please buat para readers disini untuk meninggalkan jejak! Comment! Don't be a silent readers please!^^
Co-Pas? boleh, asal menyertakan credit! Jangan copas sembarangan! Apalagi di post lagi tanpa credit, plagiat itu namanya!
Thank you!^^