Selasa, 26 Februari 2013

Gara-Gara SNSD

Ini cerpen absurd menurutku-___-.. Tapi dibaca aja deh, Commentnya jangan lupa :p
inget jangan copas ya teman-teman :p





Nama           : Ines Anggi Putri
Kelas             : IX - 4
No. Abs        : 17
Pelajaran       : Bahasa Indonesia
K. D.            :8.2  Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi


Gara-Gara SNSD



“Tok tok tok,” kuketuk pintu depan rumahku. Ya, aku memang baru pulang dari sekolah.
“Ckrek…” Pintu rumahku pun terbuka. Kulihat Ibuku berdiri di belakang pintu itu.
“Sudah pulang dek? Bagaimana hari ini? Capek?” Ibuku menyambutku dengan hangatnya seperti biasa,
“Hehe, lumayan lah ma,” cengirku. Aku masuk langsung membuka sepatu sekaligus kaus kaki yang tela melekat di kakiku sedari pagi. Kuhempaskan badanku ke sofa. Nyamannya. Aku memang sangat kelelaan. Otakku sudah penuh dengan pelajaran-pelajaran yang tak kumengerti. Mungkin tidur adalah cara yang terbaik untuk memulikan tenagaku.
“Ganti baju dulu sana, sehabis itu makan. Mama sudah selesai memasak tuh,” perintah ibuku. Ibuku tau saja apa yang diperlukan olehku. Memang ada baiknya aku makan terlebih dahulu. Menjadi
siswi kelas VIII sangat menguras tenaga, pikiran dan juga membuat perutku keroncongan. Sebenarnya yang terakhir tak ada hubungannya sih. Hehe.
Setelah aku selesai berganti baju dan menghabiskan makananku, rasa kantuk pun mulai merajaiku. Mataku terasa berat. Disaat seperti ini hanya kasur dan propertinya serta kenyamananlah yang aku perlukan.
“Dek, jaga warung dulu ya! Mama mau tidur.” Suruh ibuku dengan entengnya.
Mataku otomatis membulat dengan sempurna. “Hah?! Mama, aku baru pulang, masih capek banget, masa mama tega nyuruh aku jaga warung dulu?” Protesku. ‘Aku butuh tidur, tetapi mengapa malah ibuku yang tidur?’ Rutukku dalam hati.
“Halah, segitu saja sudah mengeluh capek. Mama dari pagi nyuci, masak, nyapu, kamu pikir nggak capek? Cuma sekolah saja lagaknya kayak orang kantoran yang punya tugas segunung. Sudah jangan protes, mama juga tidur paling dua jam, nggak akan lama.” Jawab ibuku membantah ucapanku tadi.
‘Tapi aku benar-benar butuh istirahat ma.’ Batinku. Tapi kali ini tak kuutarakan pada ibuku. Aku tahu ibuku juga sangat lelah sebagai ibu rumah tangga. Dan sebagai anak aku harus mengalah dahulu.
“Benar ya? Kalo mama lewat dua jam belum bangun, aku langsung tidur.” Ancamku. Kalian merasa aku bandel ya? Tapi itulah aku, bukan bandel, aku hanya memberitahu ibuku walau nadanya memang agak kurang sopan.
Aku langsung duduk di kursi yang ada di warungku. Mencari cara agar dua jam ke depan aku tidak tertidur.
Tiba-tiba ide aneh muncul di kepalaku. ‘Aku tidak mungkin tertidur kan kalau aku sedang mengunyah makanan?’ Batinku.
Ide cemerlang, atau bisa disebut ide absurd itu langsung kulaksanakan lantaran mataku yang rasanya tinggal 5 watt. Kulangkakan kakiku menuju dapur, tak
ada salahnya membongkar kulkas ibuku, atau lebih tepatnya mengurangi stok makanan yang ada, toh nanti aku juga yang akan menyantapnya.
Kubongkar kulkas. Kucari dengan seksama makanan yang bisa kumakan. Huh! Tidak ada sama sekali!
Samar-samar kudengar lagu diputarkan. Asal tahu saja, orang-orang yang tinggal di belakang rumahku memang suka memutar lagu dengan volume yang kencang. Jadi wajar saja kalau lantunan
lagu itu sampai ke rumahku, atau lebih tepatnya sampai ke telingaku. Sayangnya, yang sering mereka putar itu lagu dangdut, jenis lagu yang kurang aku suka.
Tunggu. Ada yang berbeda dari daftar putar mereka kali ini. Sepertinya aku mengenal lagu ini. Astaga! Ini lagu Gee milik SNSD. Tanpa kusadari badanku suda bergoyang mengikuti irama. Seluruh badanku tergerak layaknya personil SNSD yang sedang tampil di atas panggung.
Sebenarnya aku memang penggemar girlband asal Korea tersebut yaitu SNSD atau di internasional disebut Girls’ Generation. Nama penggemar SNSD yaitu S♥ne atau Sowon dalam pengucapannya, dan aku salah satu S♥ne tersebut. Jadi ya wajar saja kalau aku hapal lagunya dan sedikit bisa gerakan tariannya.
 “Gee, gee, gee, gee, baby, baby,” kulantunkan salah satu bagian dari lagu Gee tersebut. Aku semakin menikmati lagunya.
Satu, dua, tiga, empat lagu SNSD terputar. Mulai dari Gee, Genie, The Boys sampai Visual Dreams. Aku masih saja terus bernyanyi dan menari mengikuti irama.
Samar-samar kudengar ada seseorang yang memanggil namaku. Ya, sepertinya suara itu berasal dari warungku. Seketika kuhentikan ‘kegiatanku’ itu. Aku langsung berlari menuju warung. Peluhku bercucuran akibat gerakan ‘heboh’ tadi.
“Beli apa?” Ucapku tersengal-sengal. Kucoba mengatur nafasku. Semoga saja pembeli yang ‘mengganggu’ ini tidak melihat aksi gilaku tadi.
“Gimana sih jaga warung saja tidak becus! Saya sudah menunggu lama tahu!” Bentak pembeli itu.
Aku hanya terdiam mendengarnya. Ya memang sih itu salahku juga karena meninggalkan warung tanpa ada yang menjaganya. Tapi aku tidak suka caranya membentakku. Memang dia siapa berani membentakku?
“Yasudah, beli rokok Filter tiga batang,” ujarnya enteng.
Aku dengan setengah hati mengambil pesanannya itu hanya dapat menggerutu di dalam hati. ‘Huh! Hanya beli rokok tiga batang saja sampai membentakku seperti itu!’ Rutukku dalam hati.
“Ini,” ucapku sambil memberi pembeli itu rokok tiga batang, “harganya dua ribu lima ratus.” Ucapku sopan. Walaupun pembeli ini mengesalkan, tetapi pembeli tetaplah raja dalam dunia perekonomian. Aku tidak mau dan tidak perlu bersusah payah mengeluarkan sumpah-serapah hanya karena hal sepele. Toh kalau aku seperti itu aku sendiri nanti yang berdosa.
Astaga! Muncul pikiran yang sebenarnya tidak ingin aku pikirkan. Pembeli itu tidak melihatku menari dan menyanyi tadi kan? Bias malu benar-benar malu aku di depannyakalau sampai aksi gilaku tadi dilihat olehnya.
“Ini uangnya.” Katanya sambil menyodorkan uang kertas dua ribu rupiah dan uang logam lima ratus rupiah. Dilihat dari raut wajahnya sih ia tidak melihat aksi gilaku tadi. Tapi aku masi benar-benar khawatir kalau iya melihatnya.
Ia berlalu begitu saja, tanpa raut wajah yang aneh. Berarti aku memang aman. Ia tidak melihatku tadi.
Aku menghempaskan badanku di kursi warung. Aku sangat lelah. Aku juga sih, sudah tahu lelah, tapi masih saja menari dan menyanyi tak jelas yang membuatku malu. Apa boleh buat? Itu sekarang sudah menjadi hobiku belakangan ini.
Tiba-tiba ibuku muncul dari dalam kamar tidur. Mungkin ia mendengarkan keributan kecil yang telah aku perbuat.
“Ada apa dek?” Tanya ibuku penasaran.
“Itu mah, aku dimarahi bang Desmon gara-gara aku tadi di
dapur waktu dia beli,” ucapku malu. Jangan sampai ibuku memarahiku karena hal ini.
“Lah? Lagi kamu sedang apa di dapur? Kan sudah mama suruh jaga warung, kamu malah nggak jelas di dapur. Dimarahi pembeli kan jadinya.” Sindir ibuku.
“Habis, mataku tadi sangat berat ma, biar tidak mengantuk ya aku mau makan aja. Eh, nggak tahunya tidak ada makanan.” Ujarku jengkel. Wajahku cemberut. Ini kenapa semua malah memaraiku?
“Trus kalau nggak ada makanan kenapa kamu lama di dapur? Harusnya kamu langsung ke warung kan?” Tanya ibuku.
“Aku tadi habis nari ma. Habis, tetangga belakang memutar lagu SNSD. Ya aku nari saja. Mama kan tahu aku.” Ucapku jujur. Kupasang tampang sepolos mungkin agar ibuku tidak marah. Ya aku kan juga tidak mungkin berbohong pada ibuku sendiri tentang masalah sepele seperti ini.
“Dasar. Memang penting apa mengikuti tarian begitu? Kalau tadi saat kamu di dapur ada yang mencuri dagangan kita bagaimana? Ujar ibuku sarkas.
Benar juga apa yang dikatakan ibuku. Untung saja itu tadi hany beng Desmon, pelangganyang sudah lama membeli di warungku. Coba kalau yang lain? Mungkin barang daganganku bisa ludes tak bersisa.
“Hehe, sudah naluri ma aku seperti itu. Maaf ma.” Pintaku sambil menundukkan kepala. Aku tahu sih aku sangat ceroboh dalam hal ini.
“Yasudah, mama maafkan. Sudah sana tidur. Kamu capek kan tadi? Biar mama yang gantian jaga.” Ucap mama lembut.
‘Ah, mama tahu saja apa yang aku inginkan.’ Batinku. Aku bergegas masuk ke kamar. Aku berbaring di kasurku yang empuk ini. Kucoba menutup mataku, tapi aku malah kembali mengingat kejadian tadi.
Kalau dipikir-pikir aku lucu ya tadi. Dengan anehnya malah nari nari tidak jelas gara-gara lagu SNSD kesukaanku itu. Eh, tapi malah ada pembeli. Untung saja pembeli itu tidak melihatku, kalau iya, mungkin dia akan menertawakanku.
Aku terus saja memikirkan kejadian tadi sampai akhirnya aku tertidur pulas. Aktifitas yang padat serta kejadian tadi benar-benar menguras tenagaku.

SELESAI

0 komentar:

Posting Komentar

Hai! Please buat para readers disini untuk meninggalkan jejak! Comment! Don't be a silent readers please!^^
Co-Pas? boleh, asal menyertakan credit! Jangan copas sembarangan! Apalagi di post lagi tanpa credit, plagiat itu namanya!
Thank you!^^

Label

Curhatan (1) Facts (1) FanFiction (5) Puisi (2) Tugas (2)